BOJONEGORO – Bambang Eka Prasetya (Eyang BEP) Sastrawan Budayawan dan Pembaca Relief Borobudur Menjelaskan Bahwa, Dalam ajaran Samin, sabar memiliki makna yang mendalam dan beragam. Sabar bukan hanya berarti menahan diri dari amarah, tetapi juga berarti kesadaran untuk menerima segala sesuatu yang terjadi dengan lapang dada dan keyakinan bahwa pada waktunya segala sesuatunya akan baik pada waktunya.
Masyarakat Samin dikenal dengan sikap sabar mereka dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk tekanan dari pemerintah kolonial. Mereka memilih untuk tidak melawan dengan kekerasan, tetapi dengan sikap anti kekerasan, seperti menolak membayar pajak.
Sabar juga tercermin dalam sikap masyarakat Samin yang menerima apa adanya, tidak iri hati, tidak serakah, dan tidak mudah tersinggung. Mereka memiliki kesadaran untuk menerima segala sesuatu yang terjadi dengan lapang dada.
Sabar juga terkait dengan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain (roso rumongso), yang mendorong mereka untuk tidak menyakiti orang lain. Dengan demikian, sabar menjadi bagian penting dalam membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain.
Masyarakat Samin juga menerapkan sikap sabar dalam bekerja, dengan berusaha sungguh-sungguh dan menerima hasil apa adanya. Mereka memiliki kesadaran bahwa hasil tidak selalu sesuai dengan harapan, tetapi mereka tetap berusaha dengan sungguh-sungguh.
Sabar dalam ajaran Samin bukan hanya sikap pasif, tetapi juga aktif dalam bentuk kesadaran, penerimaan, dan ketahanan diri dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Dengan demikian, sabar menjadi bagian penting dalam membangun kehidupan yang harmonis dan seimbang.(imm)