Daerah  

KH Syafarun, Pendakwah Sederhana dari Dusun Beton yang Sarat Keunikan dan Keteladanan

imamjoss22
Img 20250727 200820 copy 1072x904

BOJONEGORO – Sosok KH Syafarun, seorang pendakwah asal Dusun Beton, Desa Megale, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, dikenal sebagai ulama yang rendah hati dan sederhana dalam kesehariannya. Meski namanya cukup dikenal sebagai pengisi pengajian di berbagai wilayah, beliau tetap tampil bersahaja dan tidak membedakan dirinya dengan orang lain.

Salah satu kisah yang menggambarkan kesederhanaan beliau terjadi dalam sebuah acara pengajian di daerah yang cukup ramai, terletak di pinggir jalan raya dan dekat rel kereta api. Karena lokasinya strategis, sejumlah petugas keamanan dari linmas dan hansip berjaga di sekitar lokasi acara. Saat itu, KH Syafarun datang sendirian mengendarai sepeda motor biasa, seperti tamu undangan lainnya, tanpa pengawalan atau penampilan mencolok.

Ketika hendak memarkirkan motornya, salah satu petugas hansip yang tidak mengenal beliau mengatakan, “Maaf Pak, ini lokasi parkir untuk Pak Kyai Syafarun.”

Dengan senyum khasnya, KH Syafarun hanya menjawab santai, “Ngeh, Pak. Kulo tak parkir teng sebelah.”(Saya parkir di sebelah saja, Pak.)

Tak lama kemudian, acara dimulai dan petugas hansip yang tadi berjaga di parkiran pun dibuat terkejut dan tertawa menahan malu. Ternyata, pria yang ia arahkan untuk parkir di tempat biasa itu adalah KH Syafarun sendiri pengisi utama pengajian tersebut. Sang hansip pun langsung menghampiri dan meminta maaf atas kekeliruan itu. Namun, seperti biasa, Pak Kyai menanggapinya dengan tenang dan memaafkan dengan tulus.

Kesederhanaan KH Syafarun tak hanya sekali itu terlihat. Dalam cerita lain dari warga desa yang pernah mengundangnya, saat beliau datang untuk mengisi pengajian, panitia dan warga tidak menyadari bahwa beliau adalah pembicara utama. Seorang teman bahkan sempat memberikan nasi kotak (berkat) kepada beliau, mengira beliau adalah jamaah biasa.

Kisah-kisah ini menjadi bukti nyata bagaimana KH Syafarun hidup dalam prinsip kesederhanaan dan keikhlasan. Ia tidak ingin dibedakan atau diperlakukan istimewa, meski memiliki kedudukan tinggi di tengah masyarakat.

Keteladanan seperti ini sangat langka di tengah zaman yang seringkali memuja penampilan dan status sosial. KH Syafarun justru menunjukkan bahwa kehormatan seseorang terletak pada akhlak, bukan pada tampilan luar.(imm)